“Flight attendant prepare for landing,” inflight announcement dari pilot terdengar saat pesawat ATR 72-600 Citilink dari Kupang akan mendarat di Waingapu, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Dari window seat terlihat deretan bukit-bukit dan padang rumput Pulau Sumba yang masih tampak menghijau di akhir bulan Maret.
Musim hujan tahun ini memang lebih panjang dari tahun sebelumnya, termasuk di Sumba. Hujan yang masih sering turun di hampir semua wilayah Sumba membuat pulau ini terasa sejuk dengan pemandangan alamnya yang dominan hijau.
Bukit Wairinding, Tanarara, dan perbukitan menuju air terjun Tanggedu di Sumba Timur tampak seperti deretan Bukit Teletubbies tanpa ujung yang menghijau.
Demikian pula di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Area perbukitan di Lendongara, tak jauh dari Waitabula, juga terlihat hijau dengan latar belakang birunya Laut Savu dan Kepulauan Komodo serta Pulau Flores di sebelah utara.



















Menjelang libur Paskah awal April 2021, cuaca berubah drastis. Langit biru di atas Waingapu berganti awan tebal dan gerimis sepanjang hari. Ini adalah permulaan dari badai siklon Seroja yang melanda NTT.
Bencana alam yang menyisakan duka dan kerusakan ini sekaligus menjadi pengingat bagi kita untuk mensyukuri sekecil apapun nikmat Tuhan yang ada, meskipun nikmat itu sebatas sinar matahari dan langit biru di siang hari.
Semoga badai dan bencana alam lekas berlalu sehingga saudara-saudara kita yang terdampak bencana dapat kembali bangkit dan beraktivitas seperti sedia kala.
——
Artikel ini juga dimuat di Kompasiana, Rabu 7 April 2021 dengan judul Potret Bukit dan Savana di Sumba Sebelum Dilanda Badai Seroja